Evaluasi Pembelajaran beserta Butir-Butir Soal Maharah Kalam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kalam
Keterampilan
berbicara (maharah al-kalam) sering disebut dengan istilah ta’bir. Meski demikian keduanya
memiliki perbedaan penekanan, dimana
(maharah al-kalam) lebih menekankan kepada kemampuan lisan, sedangkan ta’bir
disamping secara lisan juga dapat di wujudkan dalam bentuk tulisan. Oleh karena
dalam pembelajaran bahasa arab ada istilah ta’bir syafahi (kemampuan
berbicara) dan ta’bir tahriri (kemampuan menulis), keduanya memiliki kesamaan
secara mendasar, yaitu bersifat aktif untuk menyatakan apa yang ada dalam
pikiran seseorang.[1]
Dalam
memulai latihan berbicara, terlebih dahulu didasari oleh kemampuan
mendengarkan, kemampuan penguasaan kosakata dan keberanian mengungkapkan apa
yang yang ada dalam pikirannya.[2]
Menurut
aliran komunikatif dan pragmatik, keterampilan berbicara dan keterampilan
menyimak berhubungan sangat kuat. Interaksi lisan di tandai oleh pendengaran
yang kuat atas informasi yang diterima. Dalam komunikasi ini dibutuhkan seorang
pembicara yang mampu mengasosiasikan makna, mengatur intonasi dan irama
pembicaraan agar interaksi tersebut terwujud dengan baik, siapa harus
mengatakan apa, kepada siapa, kapan, dan tentang apa.
Dalam
konteks komuniksi, pembicara berlaku sebagai pengirim (sender), sedangkan
penerima (receiver) adalah penerima warta atau pesan (message). Warta atau
pesan terbentuk oleh informasi yang disampaikan oleh sender, dan message
merupakan object dari komunikasi. Feedback muncul setelah warta diterima, dan
itu merupakan reaksi dari penerima pesan.
Keterampilan
berbicara pada hakikatnya merupakan kketerampilan mereproduksi arus sistem
bunyi artikulasi yang bertujuan untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan
perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Dalam hal ini, kelengkapan alat ucap
seseorang merupakan persyaratan alamiah yang memungkinkan untuk memproduksi
suatu ragam yang luas bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan dan lagu
bicara. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara
secara wajar, jujur, benar dan bertanggung jawab dengan menghilangkan masalah
psikologis seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah dan
lain-lain.[3]
B. Tujuan pembelajaran kalam
Tujuan
dari pembelajaran
kalam (keterampilan berbicara) mencakup beberapa hal antara lain sebagai
berikut:[4]
1. Kemudahan berbicara
Peserta
didik harus mendapat kesempatan yang besar untuk berlatih berbicara sampai
mereka mampu mengembangkan keterampilan ini secara wajar, lancar, dan
menyenangkan, baik di dalam kelompok kecil maupun dihadapan pendengar umum yang
lebih besar jumlahnya. Para peserta didik perlu mengembangkan kepercayaan yang
tumbuh melalui latihan.
2. Kejelasan
Dalam
hal ini peserta didik bebicara dengan tepat dan jelas, baik artikulasi maupun
diksi kalimat-kalimatnya. Gagasan yang diucapkan harus tersusun dengan baik.
Agar kejelasan dalam berbicara tersebut dapat dicapai, maka dibutuhkan berbagai
macam latihan terus menurus dan variatif. Latihan tersebut bisa melalui
diskusi, pidato, dan debat. Karena dengan latihan seperti ini akan dapat
mengatur cara berfikir seseorang dengan sistematis dan logis.
3. Bertanggung jawab
Latihan
berbicara yang bagus menekankan pembicara untuk bertanggung jawab agar
berbicara secara tepat, dan di pikirkan dengan sungguh-sungguh mengenai apa
yang menjadi topik pembicaraan, tujuan pembicaraan, siapa yang diajak
berbicara, dan bagaimana situasi pembicaraan serta momentumnya pada saat itu.
Latihan demikian akan menghindarkan seseorang dari berbicara yang tidak
bertanggung jawab atau bersilat lidah yang menegelabuhi kebenaran.
4. Membentuk pendengaran yang kritis
Latihan
berbicara yang baik sekaligus mengembangkan keterampilan menyimak secara tepat
dan kritis juga menjadi tujuan utama program pembelajaran ini. Disini peserta
didik perlu belajar untuk dapat mengevaluasi kata-kata yang telah diucapkan,
niat ketika mengucapkan, dan tujuan dari pembicaraan tersebut.
5. Membentuk pendengaran yang kritis
Kebiasaan
berbicara bahasa arab tidak dapat dicapai tanpa ada niat yang sungguh-sungguh
dari peserta didik itu sendiri. Kebiasaan ini bisa diwujudkan melalui interaksi
dua orang atau lebih yang telah disepakati sebelumnya, tidak harus dalam
komunitas besar. Dalam menciptakan kebiasaan berbahasa arab ini yang dibutuhkan
adalah komitmen, ini bisa di mulai dari diri sendiri, kemudian komitmen ini
berkembang menjadi kesepakatan dengan orang lain untuk berbahasa arab secara
terus menerus.
BUTIR-BUTIR SOAL MAHARAH KALAM
1.1
Tes pengucapan
Pengusaan
terhadap unsur bunyi bahasa Arab tidak hanya terbatas kepada pengucapan dan pelafalan saja tetapi juga penguasaan
terhadap tekanan dan intonasinya.
1.1.1. Menirukan
Guru memilih kata-kata yang memiliki kemiripan bunyi. Siswa memperhatikan
kata-kata yang diucapkan guru atau diperdengarkan melalui rekaman. Guru meminta
siswa untuk mengulangi kata-kata yang diucapkan atau diperdengarkan tersebut.
Fungsi : mengukur kemampuan siswa dalam
melafalkan huruf bahasa Arab dengan baik dan benar.
(1) Tirukan kata-kata yang anda dengar .
a.
- صال
– سال
b.
عمل
- أمل
c.
طين - تين
d.
كلب - قلب
(2) Tirukan kalimat berikut
a. باء بطة نطت نطة وقعت ضحكت منها القطة
“seekor itik melompat-lompat
dan jatuh, lalu si kucing mentertawakannya”
. Menguji siswa
dalam pengucapan bunyi ط
لكلّ مقام مقال ولكلّ مقال مقامb.
“setiap tempat
mempunyai perkataan masing-masing, dan untuk setiap perkataan memiliki tempat
masing-masing”
Menguji siswa dalam pengucapan bunyi ق
Dalam bentuk tes ini, kalimat yang digunakan tidak begitu panjang yang
dapat membuat siswa sulit mengikuti pelajaran. Tes ini hanya berfokus pada
pelafalan satu bunyi dalam satu kalimat.
1.1.2 Tekanan dan intonasi
Guru memilih beberapa kalimat yang mempunyai tekanan dan intonasi dalam
pelafalannya (misal, kalimat tanya, kalimat seru, pernyataan, dll). Siswa
mendengarkan beberapa kalimat, dan guru memintanya untuk mengulangi kalimat
yang ia dengar. Ini adalah salah satu jenis tes “menirukan”.
(1) Dengarkan dan tirukan kalimat berikut.
a. هَلْ اَنْتَ سَائِقٌ؟
b. يَا تِلْمِيْذُ، اُكْتُبْ هَذَا
الْدَرْسَ!
c. قَرَأَتُ الْمَجَلَةَ فِيْ غُرْفَةِ
الْجُلُوْسِ
(2) Baca kalimat berikut sesuai dengan petunjuk
(2) Baca kalimat berikut sesuai dengan petunjuk
a. صباح الخير (تحية ودية)
b. صباح الخير (استنكرولوم)
c. صباح الخير (استهزاء)
d. الويل لك! سأعاقبك
1.1.3 Membaca dari hafalan/ingatan
Guru meminta siswa untuk membaca apa yang sudah
dihafalnya dari Al-Quran atau bacaan buletin atau puisi atau dialog pelajaran,
di mana tes yang dipilih adalah berfokus pada bunyi huruf tertentu.
(1) Bacalah surah Al-Asr (yang sudah dihafal)
Murid membaca :
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي
خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا
بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
Fungsinya di sini adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pengucapan bunyi ص.
Terletak pada kata: عصر - صالحات - تواصوا - تواصوا
– الصبر
Catatan : Seluruh bunyi konsonan maupun vokal Arab dapat dipelajari melalui
bacaan al-qur’an. Salah satunya dalam Surah Al-Fatihah mengandung 41,79 % bunyi
konsonan dan vocal Arab.
1.1.4 Melengkapi
Guru memberikan
soal berupa kalimat yang belum lengkap, kemudaian siswa diharuskan untuk
melengkapi kalimat tersebut. Butir-butir soal yang akan diujikan oleh penguji haruslah detail, sehingga siswa
dapat melengkapi kata
yang kurang berdasarkan suara (Ashwat) ang akan diuji.
Contoh :
Sempurnakanlah kalimat berikut dengan kata yang sesuai !
سافرت من اليابان إلى واشنطن جوًا ب........
الجواب : (الطائرة)
Ini untuk menguji suara (ط)
Dan hal yang
lebih utama dalam tes ini sebaiknya menggunakan perekam suara untuk merekam
suara siswa, sehingga memudahkan dalam proses evaluasi dan pengoreksian.
1.1.5
Menggunakan bagan/gambar penjelas
Ada kesamaan
tes menggunakan metode bagan/gambar ini dalam evaluasi maharah kalam dan
mufrodat. Perbedaannya yaitu dalam evaluasi maharah kalam yang diuji adalah
cara mengucapkannya, sedangkan dalam evaluasi mufrodat yang diuji adalah
ingatan tentang mufrodatnya
Contoh :
Sempurnakanlah
kalimat dibawah dengan cara mengucapkan kata yang sesuai dengan gambar/bagan !
(1) الكلب يجري
خلف........
الجواب: (القط)
Ini untuk menguji suara (ق) dan (ط)
(2) إذا أضفنا خمسين
إلى عشرين يصير لدينا........
الجواب: (سبعون)
Ini untuk menguji suara (ع) dan (واو المد)
1.1.6 Membedakan dan melafalkan
Siswa diberikan
beberapa kata yang harus diselesaikan dengan dua cara, yang pertama dengan
mendefinisikan kata-kata yang berbeda tersebut, dan yang kedua mengucapkan kata
tersebut sesuai susunannya dengan kata-kata yang lain atau sesuai perintah.
Contoh :
Buanglah kata
yang tidak mirip susunannya dengan kata-kata yang lain !
(1) قطوف – صفوف –
دفوف – عريف
Yang
dibuang adalah (عريف)
(2) شهيد – سيَّد –
دليل – عظيم
Yang
dibuang adalah (سيَّد)
1.1.7 Membaca dengan nyaring
Ujian seperti
ini memungkinkan untuk menguji kemampuan siswa dalam mengucapkan kata pada saat
membaca. Jenis ujian seperti ini digunakan bagi siswa yang sudah dianggap mampu
untuk membaca teks Arab, dan tidak disarankan menggunakan metode ini bagi
mubtadi’iin (pemula). Dan haruslah ditentukan apa saja yang akan diuji,
misalnya intonasi, waqaf, nabr dll. Yang perlu diingat adalah dalam
netode ini ang dinilai bukanlah bacaannya, melainkan cara pengucapannya.
2.1 Menguji
Tarakib Secara Lisan
Latihan menguji
tarakib termasuk pola yang bermanfaat yang memungkinkan untuk dimasukkan
kedalam butir-butir soal untuk pencapaian seorang siswa dalam maharah kalam. Dan
ini termasuk bentuk murajaah dari tarakib yang sudah dipelajari pastinya di
dalam kitab yang telah ditentukan. Dan seharusnya sebelum siswa itu memulai
menjawab kita harus memberikan mereka dua contoh atau tiga contoh dalam bentuk
jawaban yang diinginkan, kemudian setelah itu mereka kita beri stimulus agar mereka
dapat menjawab secara lisan.
1.
التحويل (Merubah)
Soal
dengan jenis ini bisa digunakan dalam beberapa bentuk, misalnya merubah dari
bentuk positif (itsbat) ke bentuk negatif (nafi), pernyataan ke kalimat tanya, dari mudlori’ ke
madhi atau amr, dari mufrad ke mutsanna atau jama’, dan lain-lain.
مثال (1) : انف ما
يأتي:
أ) ذهبت إلى الطبيب
أمس
الجواب: لم أذهب إلى الطبيب أمس
ب) سنسافر في عطلة
الربيع
الجواب: لن نسافر في عطلة الربيع
Keterangan: soal ini berfungsi
untuk melatih siswa agar dapat membedakan antara kalimat positif dan kalimat
negtif.
مثال (2): حول
العبارة إلى استفهام
أ) أديت الحج مرة واحدة فقط.
الجواب: هل أديت الحج مرة واحدة فقط؟
ب) ما جاء أمس.
الجواب: أما جاء أمس؟
Keterangan: soal jenis ini
berfungsi untuk melatih siswa agar dapat merubah kalimat pernyataan menjadi
kalimat pertanyaan.
2.
الربط)) Menghubungkan
Hubungkanlah dari
setiap dua kalimat berikut!
Menghubungkan
disini adalah siswa diberikan beberapa kalimat yang kemudian dihubungkan dengan
kata hubung/sambung yang sesuai.
أمثلة: أربط كل
جملتين مما يأيي:
أ) ((حافظ خان)) لا يتكلم العربية
يحفظ
القرأن
الجواب:
حافظ خان لا يتكلم العربية لكنه يحفظ القرأن
ب)
موسى مريض
يقابل الطبيب إنشا الله
الجواب:
موسى مريض وسوف يقابل الطبيب إنشا الله
ج)
قرأت كتابا ((فيليب حتي))
((فيليب
حتي)) أساء إلى الإسلام
(يمكن
الإشارة في السؤال إلى أدة الربط المطلوب استعمالها)
Keterangan:
soal ini berfungsi untuk menguji siswa dalam memberikan kata hubung yang sesuai
dengan konteks kalimat yang ada.
3.
((الإستبدال
Mengganti
مثال: إستبدال مع
تغيير ما يلزم
سوف
نبدأ الدراسة غدا
(الأسبوع القادم) أ)
سوف
نبدأ الدراسة الأسبوع القادم
(العمل) ب)
سوف
نبدأ العمل الأسبوع القادم
(العطلة) ج)
د) .............................
(بعد أسبوعين)
ه) ..............................
Keterangan: soal ini berfungsi
untuk melatih siswa agar mampu mengganti dari satu bentuk ke bentuk yang lain.
4. ( السؤال
والجواب) Soal dan Jawaban
د)
السؤال والجواب
مثال:
أ) هل من الأفضل اعتذار إليه؟
الجواب: (نعم، حبذا لو اعتذار إليه)
ب) هل من الضروري شراء ملابس ثقيلة؟
الجواب: (نعم، يجب علينا شراء ملابس
ثقيلة)
Keterangan: soal ini berfungsi
untuk menguji pemahaman siswa dalam menjawab pertanyaan dan jawaban yang
diutarakan harus sesuai dengan pertanyaan yang disajikan.
1. Mendeskripsikan
penjelasan (وصف الشرائح)
Memberikan
beberapa bentuk penjelasan kepada siswa berupa informasi yang mengandung
kebudayaan, maupun peradaban. Terdapat sebuah gambar yang harus dideskripsikan
oleh siswa sesuai dengan beberapa pertanyaan yang diajukan oleh guru.
يقدم المثير هنا في
شكل شرائح تتضمن معلومات عن الثقافة والحضارة العربية والإسلامية :
مثير
: شريحة تمثل منظرا للحجيج في مكة.
أ ) أين
هذه الصورة ؟ . . .
الجواب : في مكة المكرمة.
ب) ما إسم البناء الذي يطوف حوله الناس ؟ . . .
الجواب : إسمه الكعبة المشرفة.
ج
) ما إسم الدين الذي ينتمي إليه هؤلاء
الناس، و ماذا نسمي هؤلاء الناس ؟ . . .
الجواب
: دين الإسلام، حجاج / مسامون
د
) ما اسم القماش الذي يغطي الكعبة ؟ وما
لونه ؟
الجواب : أستار الكعبة، واللون أسواد.
2. Menampilkan
suatu kegiatan / perbuatan (سرد
نشاط أو أفعال)
Terdapat siswa
yang ditunjuk untuk memperagakan suatu kegiatan atau perbuatan di depan kelas
sementara siswa-siswa lainnya memperhatikan dengan saksama. Setelah
memperhatikan, siswa-siswa tersebut diminta untuk mendeskripsikan apa yang
diperagakan oleh siswa tadi.
يقوم أحد الدارسين
بأداء بعض الأفغال أو الحركات، ثم يطلب المدرس من دارس أخر أن يلاحظ ما يفعله
زميله ومن ثم يقوم يوصف ما فعله (يفعله) زميله.
مثل
:
أ ) علي نهض (ينهض) وافقا.
ب) ثم أخرج (يخرج) منديلا من جيبه.
ج ) أعطي (يعطي) المنديل لأحمد.
د ) الأن (يتجه) اتجه ناحية باب الصف.
. . . .
3. Menampilkan
kisah bergambar (سرد قصة مصورة)
Para siswa
diberikan suatu gambar dan diminta untuk mempelajarinya. Setelah itu para siswa
diminta untuk menceritakan kembali kisah yang terdapat dalam gambar atau
kumpulan-kumpulan gambar tersebut, dan nilai yang diberikan sesuai dengan kadar
kelancaran secara umumnya, penggunaan mufrodat, dan penghayatan, detail
pendeskripsiannya atau penampilannya.
تقدم للدارس صورة و
يطلب من دراستها، و من ثم يقوم بحكاية القصة التي تعبر عنها الصورة أو مجموعة
الصور. وتعطي الدرجات على أساس الطلاقة العامة، واستخدام المفردات وسلامة التعبير
ودقة الوصف أو السرد.
مثال :
أنظر إلى سلسلة الصور
التي أمامك واسرد قصتها. ابدأ بعد الجملتين : في يوم من اليام رأي غراب جرة فيها
ماء، كان هاذ الغراب يشعر بالعطش الشديد . . .
1.
مقابلة (Wawancara)
Wawancara
merupakan teknik yang paling banyak digunakan untuk menilai kompetensi
berbicara seseorang dalam suatu bahasa, khususnya bahasa asing yang
dipelajarinya. Kegiatan wawancara dilakukan oleh seorang penguji atau lebih
terhadap peserta uji. Dalam melakukan wawancara, seorang penguji seharusnya menciptakan
situasi yang kondusif agar peserta uji merasa tenang, bebas, tidak merasa
tertekan dan tidak merasa diinterogasi.
Contoh butir soal:
الصحة
– المرض (المستشفى)
هل بيتك قريب
من المستشفى؟ -
هل زرت طبيبا
خلال الأسبعين الماضيين؟ -
أي طبيب زرت؟ -
لماذا؟ -
هل تشتري
الدواء أم يصرف لك مجانا؟... الخ -
الأطعمة (الإفطار)
هل تناولت الإفطار؟ -
متى تناولته؟ -
ماذا تناولت فيه؟ -
من تناول معك الإفطار؟ -
أين
تناولته؟ -
ماذا تفضل في
وجبة الإفطار عادة؟...إلخ -
Hal-hal yang perlu direncanakan sebelum melaksanakan wawancara
adalah:
1.1
موضوعات المقابلة (Tema-tema wawancara)
Dalam
pelaksanaan wawanara hendaknya dipersiapkan suatu tema atau topik tertentu
disesuaikan dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman peserta uji, misalnya
berkaitan dengan perkenalan (التعارف), makanan (الأطعمة), sekolah (المدرسة) dan lain-lain. Suatu
hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memilih materi wawancara adalah
teks bahasa Arab yang sudah dipelajari siswa.
1.2
خطة التصحيح (Perencanaan dalam
menilai)
Alat penilaian
yang perlu dipergunakan perlu disiapkan sebelum wawancara dimulai. Pewawancara
perlu menyiapkan seperangkat alat dan teknik penilaian yang disepakati bersama.
Penilaian itu sendiri diberikan setelah wawancara selesai. Akan tetapi, selama
berlangsung wawancara, penguji telah mencatat nilai masing-masing komponen yang
perlu dinilai sesuai dengan kemampuan peserta didik. Aspek-aspek yang perlu
dinilai dalam wawancara meliputi pelafalan kata (النطق), tata bahasa (القواعد), kosakata (المفردات), kelancaran (الطلاقة), pemahaman (الفهم)
1. Menggunakan Gambar cerita
Gambar
cerita adalah gambar yang membentuk sebuah cerita. Ia mirip komik atau buku
gambar tanpa kata. Gambar cerita atau
buku gambar tanpa kata bervariasi tingkat komplesitasnya dari yang sederhana
dan mudah dikenali sequensialnya sampai yang abstrak. Gambar cerita berisi
suatu aktifitas, mencerminkan maksud atau gagasan tertentu, bermakna, dan
menunjukkan situasi konteks tertentu. Setelah siswa diberi gambar, siswa
diminta untuk bercerita sesuai dengan urutan gambar. Kemudian siswa diberi
beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan gambar.
Contoh: gambar hasan sakit gigi
1-
لماذا
ينظر حسن في المرأة؟
2-
في
أي جانب من الوجه يشعر بهذا الألم؟
3-
إلى
أين ذهب؟
4-
كيف
ذهب
5-
ماذا
تعني الممرضة بالإشارة بأصبع واحدة
2. Tema yang singkat
Guru
memberikan beberapa kartu, dalam kartu tersebut terdapat tiga atau empat tema
kemudian siswa diminta untuk berbicara tentang tema tersebut secara singkat.
Contoh:
1- كنت و صديق لك في طريقكما لزيارة صديق
اخر إذ هبرياح شديدة وهطلت أمطر
غزيرة
وكنتما على مسافة قصيرة من البيت.ماذا تقول لصديقك؟
3. Tanggapan pendek
Contoh:
1- هل تمانع إذا جلست بجوارك؟
الإجابة:
(تفضل، بكل سرور، بالتأكيد...إلخ)
4. Bermain peran
Guru memberikan cerita tentan suatu kejadian atau peristiwa.
Setelah itu guru membagikan peran yang ada dalam cerita kepada siswa. Kemudian
siswa diminta untuk memerankannya. Dalam hal ini siswa dapat berbicara bebas
sesuai dengan apa yang dikehendaki.
Contoh:
1- فاطمة تسكن مع أبيها وزوجته التى تكره
فاطمة. تأتى فاطمة ذات يوم متأخرة وقد حذرتها
زوجة
ألأب من قبل. ماا ستقول الزوجة، وماذا ستقول فاطمة لكنه يخشى سطوة زوجته؟
5. Nada gambar
Siswa
diberi gambar kemudian diminta untuk mendeskripsikan gambar tersebut dalam bentuk percakapan.
Contoh:
gambar mobil pemadam kebakaran
الطالب الأول: أظن أن
سيارة المطافئ في طريقها إلي حريق كبير.
الطالب
الثاني: أين؟
الطالب
الأول: في المنطقة السكينة (الجديدة)
الطالب
الثاني: ولكنه ليس حريقا كبيرا.
الطالب
الأول: كيف عرفت ذلك؟
الطالب
الثاني: توجد سيارة واحدة فقط إلي الحريق.
الطالب
الأول: ولكن ربما تأتى السيارة الأخرى.
الطالب
الثاني: أسأل الله ألا يكون عدد الضحايا كبيرا
الخ....
6. Memperdengarkan Teks
Siswa
dibacakan teks dalam bahasa lain kemudian diminta untuk menceritakan kembali
dalam bahasa arab.
[1]
Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab, Malang: Dream
Litera. 2014.Hal. 112
[2]
Imam Makruf, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Aktif, Jakarta: Need’s
Press. 2009. Hal. 103
[3]
Iskandarwassid, Dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung: Rosdakaraya.
2009.Hal 239
[4]
Iskandarwassid, Dkk. Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung: Rosdakarya,
2009.Hal 242
Komentar
Posting Komentar